ROMANSA VANA
Oleh Alek Wahyu Nurbista Lukmana
Hari itu, tragedi vana
Denting kuas layu, tinta pena membeku
Mawar hilang tak lagi berwarna terang
Tenggelam dan hanyut pada pusaran kejam
"Setengah imajinasi"
Senyum terkunci
kata hilang tersapu badai Mengiringi senja
Candaku habis termakan usia
Pada hari selasa, wajah kasar tertimbun amarah
Tangan hancur melindungi mahkota pemberian ibu
Kaki hanyut terbawa belalang
Jiwaku kosong menghabiskan waktu dengan persedian nyawa
Hati redup melepas kepergian bidadari kecil, cinta pertama
Begitu tua bila merancangnya menuju semula
Begitu tua bila memandang setiap detail kepergiannya
Begitu tua bila melukis penguasa hati
Begitu tua bila menulis sebagai kisah cinta pertama
Diam namun terdiam
Terdiam namun tawa yang diam
Diam namun canda yang terdiam
Terdiam namun hati yang diam
Terdiam buku, membeku pada waktu
hingga tidur kau dan aku
Mentari menari
Menyambut gejolak jiwa
Romansa cinta pertama
Gelombang pasang penghantar pesan