SYAIR PENGELANA
Oleh Natalino Neparasi
Angin menyusup sendi-sendi peraba
Terpaannya mengulik rasa yang kian mendaging
Denting piano, untaian nada besimbah tautan emosi
Mengiring jalan pengelana
Mata berpacu dengan waktu menikmati balutan endek pada liukan tubuh penari
Menghipnotis separuh rasa
Perlahan memborbardir jatung pertahananku
Ingin kubunuh rasa dengan seteguk tuak, tapi aku tak terbiasa
Ingin Kuulang duduk bersisian di samping warung
Serombotan sebagai menu makan soreku
Ketika matamu berpendar menghipnotis sukmaku
Dan serombotan memalingkan rasa untuk kembali bersua
Ingin kuintai setiap denyut nadimu
Bersamaan dengan malam yang kian lalu-lalang
Dalam seruan baris-baris doaku
Kusebut namamu
Rasaku memburu
Kemana ku bermuara?
Rasa ini kian melilit rongga dada
Sesak nafas mendesah, ah….. hanya mimpi
Kemana kubuang bayang yang tak mau menyusut?
Ketika senja membayang di pantai Kusamba
Anak nelayan menyerukan untaian lagu rindu
Aku mulai mengigil memanggil namamu
kuukir wajah yang kian mengrogoti pada pasir ini
Namun balutan angin dan terpaan ombak menghapusnya
Kuredam kembali asah
Kita berbeda, aku tandus dan kering kamu seni dan budaya
Mungkinkah kita bisa menyatu?