PUISI RAHASIA
Oleh Irfan Batara
Jari telunjuk ku tegak kuat merapat bibir
Di gelanggang angan
Terlihat bukit nista menjulang tinggi,tempat tumbuh subur haru laraku
Banjir bah dari hulu kelenjar netra menyapu suka,terseret laksana arus tawa binasa
Lantas pecahan nya bermuara di laut sepi
Juga seperti kemarau sepanjang tahun
alhasil di lingkup kepulan sesak kebakaran hutan lindung sanubari
Ampun tuan agung,serasa sudah digelayuti maut
Aku belum sekarat,sepertinya
Kau tahu? Sekarang Aku sedang berbicara Rahasia