RINDUKUOleh Ilham T Fajar
Sulit dijelaskan mengapa rindu begitu melekat ditubuhku, mungkin ini hanya berlaku sementara.
Bagiku kau adalah hujan pembawa rindu, menusuk dadaku, menikam hatiku.
Kau
lakukan itu agar aku menyerah disini. Tidak. Aku akan bertahan sampai
rinduku pulang, sampai hati ini terobati karna rindunya kembali.
Karna
rindu pula jiwa ini meronta, meminta logika agar segera mendapatkannya.
Tidak. Rindu tak bisa begitu saja kembali, rinduku masih terikat
olehnya yang semakin lama tersakiti.
Oh rindu mengapa kau mau dibodohi olehnya? Rindu menjawab ini takdir Tuhan yang sulit dijelaskan.
Rinduku begitu kuat terikat oleh si brengsek yang tak pernah memahaminya.
Kau… Rindu! Sadarlah!
Kau… Rindu! Kembalilah!
Kau… Bodoh rindu! Bodoh! Bodoh!!
Rinduku adalah hasrat yang sulit dijelaskan, rinduku adalah mimpi yang sulit diraih.
Hasratku akan rinduku begitu menggebu, menyiksa logika yang begitu kaku.
Mimpiku untuk rinduku hanyalah bayangan, bayangan yang kian menggelapkan lagi menyesatkan.
Entah sampai kapan rinduku pulang, entah sampai kapan rinduku akan sadar.
Hatiku menunggu, logika pun begitu.
Biarlah
hati yang bersabar, biarlah Tuhan yang mengatur segalanya. Jika memang
rindu sudah sadar ada saatnya dia tau tempatnya berteduh, ada saatnya
dia kembali, dan ada saatnya pula dia menyesali.
Rintik-rintik yang
membasahi pipimu adalah kenangan yang tak seharusnya kau dijelaskan,
biarlah berlalu, biarlah mengalir, biarlah mengilang bersama asap
kedamaian.
Kau yang menentukan takdirmu, jalanilah. Jangan pernah coba untuk mengeluh.
Disini, dihatiku akan selalu ada tempat untukmu, rinduku. Pulanglah… Dekaplah… Dan jangan pernah lepaskan aku…..lagi.