MUSIM DINGIN YANG BEKUOleh Nia Samsihono
Musim dingin menghampiri,
Salju pertama tiba di sudut jendela
butirannya terus juga turun, bergulung-gulung
menumpuk di dinding kalbu
Pagi beku tampilkan gambar di kaca-kaca
embun mengukir pohon, bunga, dan bida
Dulu, sebuah cerita bicara
kau bisikkan saat dalam pelukan
sedang aku terkejap mengagumi setiap kata
yang terucap lewat bibirmu terbuka
Dulu, sepertinya telah berlalu
saat masih ada cahaya pada tatapanmu
selalu aku berlarian di sekitarmu
mencari sinar yang menghangatkan hatiku
Kakek salju selalu datang tiap malam,
katamu sambil mengeratkan genggaman
lukisan itu dibuatnya saat kita lelap
berjalan menyusuri dunia mimpi
mengembara dari harapan ke harapan
Kakek salju melangkah senyap di gelap pekat
melukis garis cair tepian alir
tingkap melipat kaca mengkilap
ranting menggeletar dalam goresan
Saat kudekatkan mulut ke kaca
hembusan napas melelehkan citra
lubang menganga bagai luka
pohon-pohon besar yang gundul
hitam membuat bayangan biru
salju terus bergulung-gulung
menumpuk di sanubariku