SANG ANGIN PAGIOleh Mizan Nursiadi
Disini dingin..
disini dingin..
disini dingin..
ujung-ujung jariku kini menular dingin
ku hembuskan uap dan oksigen semampuku
tapi tetap dingin
disini dingin..
Ini bukanlah belahan bumi selatan
ini bukanlah belahan bumi utara
tapi mengapa dinginnya begitu hebat
aku kedinginan
Seketika ku tersadar
seberkas cahaya telah muncul dari balik cakrawala
Sang mentari menyingsing
ternyata ini pagi..
Tapi kenapa pagi ini begitu dingin
tidak seperti pagiku sebelum-sebelumnya
sementara ini aku kehilangan kehangatan
ku pejamkan mata mencoba merasuki nurani
merasuki hati
ku pandang hati ini masih memerah
ku rasa tapi tak merasa
ku dengar tapi tak menyuara
ku raba dengan irisan senyum
tapi seketika tanganku membeku
sakit, ini lebih dari dingin pagi
tubuhku kaku, rohku membeku
Pagi ini tak ku temukan kehangatan
Tak ku temukan bara api dari titiknya
tidak seperti pagiku sebelum-sebelumnya
tidak seperti pagiku sebelumnya
Sapaan, senyuman, atau bahkan kecupan manis nan manja
semua membeku tapi masih memerah
masih memerah
ku rumuskan kenapa ini terjadi
ku formulasikan dalam hitung
Tak berguna
semua itu tidak menjelaskan semua
Ku meringkih di dinginnya pagi..
Oh Tuhan tidurkan aku lagi..
mungkin esok akan ku temukan jawaban ini
jadikan ku seperti hembusan angin pagi
biarkan ku pergi secepat ini, karena esok aku akan kembali
mencari cari kehangatan itu lagi
Bandung, 18 November 2013
“Angin akan selalu mencari kehangatan Pagi”
mizanmetallurgist.wordpress.com