SAJAK KAWAN DAN ANGGUR TUA
Oleh Handy Pranowo
Kita pernah bertemu kawan di pinggiran jalan memperkosa malam.
Dengan botol-botol anggur tua yang menghangati kerongkongan.
Menebas angin sambil tertawa kegirangan.
Hidup kita penuh keluh kesah dan hari-hari kita adalah perlawanan.
Maka serdadu-serdadu dengan mata serigala memburu.
Memborgol tangan kita dan di lemparkannya ke dalam penjara.
Begitu mudahnya kita di tawan sebab mereka bilang kita adalah penyakit, kita adalah persoalan dasar yang merusak budaya.
Tapi tidak dengan mereka yang mabuk kepalang dengan kuasa.
Bebas berkeliaran semaunya.
Menjadi Bandar narkoba atau mengkorupsi uang rakyat.
Sungguh susah mereka di tawan.
Apa iya?
Pertanyaan itu terus membludak sampai kita makan berak sendiri.
Apa iya?
Akan lahir suatu sistem kehidupan berbangsa dan bernegara bila penguasa pongah dan hanya orang-orang seperti kita yang di tawan.
Kita hanya tikus yang mudah di racuni lalu kering dan mati.
Kita tak punya kuku atau cakar mengcekeram.
Kita lahir karena proses keadilan yang rapuh.
Ketimpangan di segala bidang yang membuat kita tumbuh berkembang.
Bak rumput-rumput liar di halaman mengganggu pemandangan.
Tetapi sejatinya mereka lebih biadab, mereka bukan lagi benalu.
Tetapi drakula-drakula yang menggerayangi hidup melumpuhkan budaya bangsa.
Maka teriaklah meski gontai dada kita di sangkur.