REDUPNYA SANG MENTARI
Oleh Sayyid Ruslan Abdullah
Petir dari Tanete Rilau
Lunglaikan langkah di Tanah Tarau
Bagai berjalan di atas duri
Patahkan arah biduk di kota serui
Gemuruh gelombang Cina tua
Tak mampu menghibur hati gundah
Kapal lepas menuju samudra duka
Desir ombak iringi air mata sang ayah
Matahari redup senja
Hingga kamis pagi di pegunungan Newi
Deru kendaraan bah rintihan sang ratu
Tumpahkan kesedihan di pangkuan malam
Kota kembang tak membuat hati berbunga
Disaat rindu menusuk jantung
Bahkan berdetak kencang melibihi segala suara
Menerbangkan angan, menabuh luka
Kuingin terbang bagai merpati
Mengecup awan kerinduan dilangit-langit penantian
Lalu kutambatkan cinta di mega tertinggi
Agar dapat kukecup keningmu untuk terahir kali
Duhai permataku intan permaisuri
Dan kini
Aku bukanlah siapa-siapa
Yang mampu melawan angin berhembus
Yang mampu melintasi samudera luas
Yang mampu menembus cakrawala
Aku tiada berdaya
Yang tersisa hanyala kepasrahan
Di atas tumpukan tanah basah dengan air mata
Dengan batu nisan bertuliskan namamu