ANDAIKAN DAYYAH
Oleh Napoleon Ajho
Terlalu indah untuk melupakan,
Gugur daun emas yang jatuh dari pohon harapan.
Iyakah? apa benar pohon harapan
Tempat daun emas jatuh itu benar-benar berdaun emas?
Entahlah
Aku melihat nyata emas gugur dari pohon itu
Setidaknya mata banal ini
Memandang hal bercahaya itu sebagai emas
Pohon yang katanya dan katanya harapan semua manusia tersangkut
Sebelum pergi menuju altar kenyataan
Kata, frasa, diksi, majas,
Dari harapan-harapan manusia bersemayam pipih di pohon itu.
Andaikan Dayyah datang kembali,
Menyaksikan indahnya gugur-gugur emas ini,
Yang manusia kira adalah harapan mereka yang sudah jatuh tersungkur
Terkubur karena tentakel-tentakel ubur-ubur muncul Dari tanah meraup harapan itu,
Mereka salah besar.
Adakah cara yang Dayyah temui?
Untuk membuat sinar purnama itu menerangkan hati manusia,
Menyadarkan mereka, bahwa bukan harapan yang jatuh
Itu emas, kawan
Betapa Aku sedih kala mengenang Dayyah
Memungut apa yang Dayyah kata sebagai
"Hanya harapan"
Aku melihat itu emas
Dayyah, itu emas.
Frasa ini, Aku akhiri dengan sedikit pilu pada tanda tanya
Memang amat terlalu indah jatuhnya emas dari pohon
Yang mereka kira manusia memberi harapan,
Memberi nikmat, memberi kekuatan,
Memberi kedigdayaan untuk mempertahankan
Keberadaan mereka di dunia penuh imaji boyak
Ada kertas putih yang suci tercipta
Dari hitam legam nistanya sebuah kayu
Pun Ada kertas kotor hitam menjijikkan
Yang tercipta dari putih asrinya sebuah kayu..
Entahlah..
Semua itu, andai Dayyah kembali,
Akan membubuhkan tanda tanya bagi Aku
Tanda tanya teramat besar hingga Aku berharap,
Bulan selalu terus bersinar hingga Aku selesaikan
Lagu sembari mengukir jawaban akan hal ini.
Untuk tanda tanya yang telah tercipta,
jawaban apa yang akan Aku beri?
Adakkah cara yang Dayyah temui?
Aku harap indahnya sinar bulan purnama terus menyinari Aku, Dayyah, mereka, kami, agar dapat jawaban
Akan itu.