AIR MATA UNTUK AYAH
Oleh Wawan Abdullah
Air mataku untuk ayah
Aku terdiam termangu di hadapan keranda bisu
Jerit tangis air mata menghiasi hari saat ini
Ayah secepat itu kah kau pergi
Meninggalkan anakmu yang malang ini
Takan ada lagi suara yang di nanti nanti saat subuh tiba
Kini ayah tebaring lemah tak bernyawa kain putih itu menutup rapat tubuhmu ayah
Ikatan demi ikatan begitu kencang melilit tubuhmu
Tak ku lihat lagi senyuman yang selalu menghiasi raut wajahmu
Kau terpejam menahan sakit.
Seolah olah aku bisa merasakan apa yg saat ini ayah rasakan.
Sakit yah rasanya sakit aku harus ikhlas melepasmu pergi selamanya.
Langkah demi langkah ku iringi ayah pada tempat peristirahatan terakhir ayah.
Air mata anak mu ini tak henti-henti mengalir deras membasahi pipi bahkan sampai terjatuh menetesi kain.
Tak berdaya
Ku menatap tajam rumah terakhir berukuran 2x1 yang begitu sempit untuk kau tempati.
Beralaskan tanah.
Beratapkan tanah.
Angin berhembus lembut seolah berbisik membawa kabar darimu ayah.
Seakan-akan kau membisikan sesuatu pada anakmu ini melalui angin.
Ku ukir jelas nama mu dalam hati anakmu ini ayah.
Biarlah semua ku simpan dalam kenangan terindah dalam hidupku.