PENDIL TERAKHIRKU
Oleh Lia Novianty
Aku telah menunggu hari demi hari
Kerinduan bahkan mendesakku
untuk menyampaikan isyarat padamu
Kutemukan kau datang dengan tiba tiba didepanku
Kupikir isyarat itu telah sampai
Tapi, kupikir aku salah menduga
Entah karena kebodohanku
Atau karena lemahnya perasaanku
Kucampakkan semua keegoisan itu jauh jauh
Kupikir senda gurau itu akan berakhir
Dan menumpahkan airmata akhirnya
Bukan airmata haru, Tapi airmata kesedihan.
Kali ini telingaku benar benar merasa sakit bak tersambar petir
Atau lebih baik aku menjadi bisu , tuli dan buta didepanmu?
Aku mengubur semuanya selama bertahun tahun
Aku telah mencoba merangkainya kembali
tapi kau kembali untuk mencabik cabiknya