SANG PENGUBAH
Oleh Dimas Maulana
Mentari tenggelam di langit kota
Kicauan burung saling bersahutan
Air sungai mendesis dengan tenang
Bintang dan bulan bemunculan
Di ujung kota yang menyisakan tawa
Nampak kejauhan disana
Seseorang yang tak peduli sekitarnya
Menjauh dari kerabat dan sahabat
Tablet selalu merapat dalam genggaman
Browser adalah temannya
Sosial media tidak lain keluarganya
Bersama berbagi situs hidupnya dijalani
Tanpa peduli orang lain
Simpatinya habis
Pedulinya terkikis
Pertumpahan darah biarlah terjadi
Toh, untuk apa dia peduli?
Hanya satu dalam otaknya tabletlah paling utama
Keluarga? Itu nomor kedua baginya
Untuk apa gunanya keluarga
Ibadah? Tak usah terlalu dipikirkan
Urusan mati biarlah nanti
Hanya tinggal menanti sang waktu
Persahabatan? Tak lagi ada artinya
Suara itu pun datang
Memerintah unduk dikerjakan
Menghadap sang illahi
Tapi, akankah ia sadar?
Melepas earphone ditelinganya saja tidak
Bahkan lagu yang dilantunkan itu dikeraskan
Seakan ia terganggu mendengar suara itu
Semuanya berubah!!
Benda itulah penyebabnya
Meskipun cepat atau lambat akan datang
Dan akan menghujam harapan