HANYA BAIT PUISI (3)
Oleh Miki Rahmat
Andai jemari dapat saling berpegang erat
Andai hati dapat saling bertaut melekat
Ketika rinduku menggebu dalam hasrat
Niscaya semua kan di dapat
Otakku diracuni oleh ketidakwarasan
Sebab teramat merindukanmu wahai ketidakmungkinan
Benar, engkau adalah ketidakmungkinan
Yang aku harap dan selalu aku inginkan
Kenapa perasaan tumbuh dikejauhan kabut
Tak terjamah dan tak terlihat
Kini terasa subur dan mekar dalam bait
Ya, hanya dalam bait-bait
Jika saja senyummu bisa dilukiskan dalam bait
Niscaya keindahan kan selalu ku lihat
Taburan rinduku selalu hangat
Disini, hati yang meronta dalam jerat
Ingin ku padukan semua dalam barisan kalimat
Apa daya, kemungkinan lebih kecil dari hasrat
Tinggallah kabus-kabus nan pekat
Pekat, hingga tiada terlihat
Ah.... Ia tak hiraukan yang bernuansa sunyi
Sedangkan yang berteriak saja tiada arti
Kembali, takdir tak pernah berjuang untuk pergi
Karena semua diserahkan pada diri
Aku berjuang dari sengatan pagi
Berlari sambil bertelanjang kaki
Menapaki jalan sepi nan sunyi
Demi kebahagian hati dalam diri
Entah sampai kapan disini
Entah sampai kapan begini
Setiap lelahku hanya keringat tiada arti
Itulah yang ku rasakan sampai hari ini
Terkadang hujatan menikam tajam
Terkadang aku hanya ingin pulang
Kembali ke perut ibuku
Dan terlahir lagi menjadi baru
Hufff.... Semakin gila aku dalam hayal
Karena resahnya sudah mulai mengental
Terkadang rasanya lebih pengecut
Ya... Pengecut
Buram... Buramlah...
Hilang... Hilanglah...
Ya... Buram lalu menghilang
Aku ingin pergi jauh terbang