JANJI PUTIH
Oleh Imam mukhlisin
Di jalan sempit ini aku termenung.
Dengan kepala yang tertopang oleh tangan bodoh.
Serta pandangan yang tak tau arah.
Sesekali pandanganku tersadar melihat lalu lalangnya lalu lintas.
Suara-suara klakson tak lelah berteriak di telingaku.
Sering kali diriku tersesat dalam lamunanku.
Huruf-huruf vokal enggan terucap.
Benda disekitarku menghilang.
Dan bunyi-bunyi tak tercerna oleh telingaku.
Jiwaku menghilang dalam lamunan ini.
Menggandeng tanganku menuju kesedihan.
Entah racun apa yang mengalir bersama darahku.
Kusadari begitu jauh yang kulewati.
Tapi tak lelah kakiku melangkah.
Sampai ku dihadapkan dengan tembok besar.
Beribu cara kulakukan untuk melewati tembok itu.
Tapi selalu gagal.
Tuhan tidakkah kau melihat keringat hambamu ini.
Tidakkah kau tau bahwa sebuah ikrar menantiku di balik tembok itu.
Tuhan mengapa aku harus menjadi tokoh dalam cerita ini.
Mengapa tak kau antar aku ke ujung jalan sana tuhan.
Sering kali keluhan itu menutupi batinku.
Selalu terlontar dari mulutku.
Sampai akhirnya ikrar itu menghampiri dan melarangku untuk menjemputnya.
Kini ku coba memahami jalan ini.
Hanya berdoa pada sang pencipta lah caraku menemuinya.
Namun ku akan terus berada di jalan ini.
Disinilah awal bahagia.
Maka disinilah aku mengakhirinya.
Aku akan setia disini.