PERHIASAN BUMI
Oleh Nurul Anandhi
Lihatlah ia yang tertatih sekarang.
Tetap berkobar dlm asanya untuk berjuang.
Tetap kokoh berdiri meski sebagai penopang.
Meski usianya yg senja kian merambah lapang.
Lihatlah masih mereka mendaki puncaknya hidup seperti tebing.
Ingatkah kau saat dimanja dalam balutan kasih sayang?.
Ketika semua fikiran berpacu untuk bahagia anaknya ialah engkau.
Saat kotoranmu disucikan oleh tangannya.
Gelapnya awan,membuat matanya yang lelah
Laksana penjaga mimpi disetiap lelap anaknya.
Kala mentari terpancar dengan terangnya.
Dia datang dengan sejuk bersama belaiannya.
Kala ribuan tetesan air hujan datang dengan rinainya.
Dia pun memelukmu sebagai selimut tidurmu.
Saat ada yang menderas di sudut matamu.
Dengan kelembutan hatinya berikan apa yang sekira membuatmu terdiam dalam senyummu.
Dalam pagi buta bersama embun yang menambah indah alam sang khalik.
Terbangunlah ia dalam merajut impian hidup.
Mencari secerca hujjah dalam rimbunnya hidup.
Berharap kan datang seribu senyum untuk dibawanya pulang.
Keringat lelah dan langkahnya nan letih.
Ia menghadap gubuk petaknya.
Bersuguhkan secangkir kopi.
Dengan riuh mendamba bahagianya kini, esok dan seterusnya.
Oh....Ibu
Oh....ayah
Kalian memang tak sedang bersembunyi .
Namun,setiap kasih sayang kalian tak ada kurasa sunyi.
Kalian hanya berharap curah hati yang elok.
Meski aku tak harus mengetahui.
Tetesan dukamu yang sedang bernyanyi.
Aku dan kalian memang berkolaborasi dalam meraih ketegaran diri....