KASMARAN MEMBUNGA
Oleh Wahyudin Rifai
Sebenarnya lelaki itu sedang bediri
Di tubir licin jalan berbatu
Di lembah curam jurang dalam
Diakrabinya dengan senyuman
Begitu yakin tentang ketentuan
Begitu naif mencandai kenyataan
Puisi cintanya melulu tentang bunga dan rembulan
Kadang, premis alam mencumbunya
dengan keabadian
Tak pelak menggeming
Tuah berkah menyungging kasih
Cengkrama alih-alih
Baginya, tawaran cinta dari Sang Maha
Lebih dari segenap indah
Baginya, sinar rembulan menerpa bunga,
Lebih indah bercahaya
Dari kelamnya rayuan angin nestapa
Entah sampai bila....
Lelaki itu bertahan merasa gagah
Sebab kuasa masa tak memberinya
Walau sekadar nuansa
Di ufuk sunyi
Di tahta elegi
Bunga kelak kan layu
Namun jiwanya memutik baru
Rembulan kan beringsut meredup
Namun zahirnya mendedah
Sederhana beban hidup
Ia pecinta malam
Dimana kesyahduan tiada khianat
Dimana cinta, tulus bagai azimat
Bukan hendak berlari dari mentari
Nyata ia tegar menantang hari
Hanyalah satu yang kerap ia hindari,
Pertemuannya dengan ramainya sunyi
Lelaki itu, bunga dan rembulan
Menyatu dalam cinta abadi
Walau realita kerap mengurai nisbi
Makna cinta begitu agung menjanji
Tentang esok yang tiada pasti
Tentang doa-doa yang tersisipi
Dimana cintanya hanya bisa ia sampaikan lewat puisi
Di bayang-bayang ironi sanggup,
Kasmaran membunga yang membuatnya tetap hidup