JAKARTA YANG DEMAM DAN FLUOleh Readi Afandi
Kini malam adalah siang;
Malam yang dingin diselimuti angin sepoi.
Siang yang dingin diselimuti air sekujur tubuh sampai kamar tidur
Tidur yang nyenyak mengungsi ditempat tidur kalian yang empuk; yang jauh dari jakartaku.
Tidak lagi ada artis-artis layar kaca; pun layar lebar selebar jakarta yang demam dan flu.
Tidak lagi ada kota impian
Tidak pula ada kepul-kepul kenalpot dikota dan komplek jakartaku
Tidak pula ada senyum anak kecil’ remaja dan dewasa
Sekarang kota impian menjadi kota kematian
Kota yang dulu diangan-angankan menjadi kota kebanjiran,
Samapah ada dimana-mana yang dibawa arus masuk kamar kita;
(Ups, maaf bukan kamar kita tapi kamar para koruptor dan penjahat tua)
Tempat sampah menjadi sampah; hingga pembuang sampah ikut sampah;
Tidak ada baju mewah;
Tidak ada transportasi mengkilap
Tidak ada tempat rekreasi
Tidak ada tradisi malam minggu yang mereka kumpul sampai ngompol.
Jakarta yang demam dan flu
Tak ada obat; apotikpun diserang demam dan flu
Tak ada jiwa yang tersenyum;
sebab kebahagiaan nan keceriaan dibawa arus mengitari kota metropolitan;
Inikah nasibku ;
Inikah kutukan Tuhan ;
aku harus bagaimana atau pergi kemana membawa keluargaku.
Kota Idaman, 09 Februari 2013