HITAM KELAM, SURAM KELAM
Oleh Asmahan Aji Rahmania
Terbaring lemah tanpa asa
Diafragma terisi tanpa suara
Ingin teriak, udara berhela dan menolak
Jadilah renung sejuta bahasa
Tersendat darah mengelilingi otak
Ku di sini bersama sepi yang bergejolak
Hitam, gelap gulita di bawah atap
Kelam histori berlalu menoreh alkisah
Lenyap tak ada satupun desah
Apa daya terpancar luka gores dari sayap
Duh janganlah merasukiku,
Wahai peri pembawa muslihat
Muram suram menjadi mahkota
Angin malam menjadi gaunku . . .
Gulana kian gundah adalah singgasanaku
Ulam telah tiba, datang darinya tiada iba . . .
Ia jemput memori yang baru saja ia antar
Satu detik saja takkan terlantar
Di ambang syahdu setelah tersebar
Tiap tipu takkan terlentang
Hanya hari hari hentakkan haluan
Pujangga, penyair, pepatah, petuah . . .
Diam dalam durga dan derita . . .
Sulaman sayang selalu sulap sedih, sedu sedan .....
Untuk apa, siapa, ku tumpahkan air mata ...???
Bila hanya melahirkan panahan lewat cerita ...
Kan ku balas kicauan seuntai doa
Nan air terjun turun dari dua buah mutiara .....
Kini hilang, sembunyi entah kemana
Manis ku rasa gelak canda suasana
Rintihan menghiasi daku
Duka dendam dalam diri
Giring galau guncang gelora
Bila bunga baru berbuah....
Percuma puisi penutup pilu
Iringan isi, inikah imaginasi
Candu canda... cita cita ceria
Meringkuplah dari serangan sanubari !
Hati hati, jangan sampai lara mengerumuni
Cepat menjauh jika ada tangis mendekat . . .
Biar daku akan merdeka
Bebas, lepas menghempas nafas . . .