JURANG PEMISAH
Oleh Cicie
Ketika tak ada kata terucap,
diam pun mampu ungkapkan apa yg tak terkatakan. Dan saat mata tak mampu
melihat kebenaran, maka biarkan hati yang mejadi jembatan di antara
jurang pemisah ini.
Karena senyum indah yang dulu selalu
kau semaikan kini telah menjelma menjadi uraian tawa palsu yang penuh
misteri. Ucapan kini tak lagi diperhatikan karena hanya amarah yang
terus membara memenuhi relung jiwa yang kosong.
Mengapa kau tebarkan
benih-benih pemisah di antara kita, sedang kata tak bermaksud tuk
goreskan luka. Namun kini benih pemisah itu telah tumbuh, merambat, dan
semakin subur. Harus dengan apa aku menghancurkan benih pemisah ini ?
sedang kataku hanya menjadi angin lalu dalam jurang pemisah ini.
Tak
pernah lagi terlihat canda tawa dalam sudut ruang ini, karena hanya
kehampaan dan keegoisan yang selalu menjadi ratu dalam diri kita. Sedang
rasa cinta, kasih, dan kebersamaan kini telah terusir dari hati kita.
Kembalikan
kesejukkan yang dulu pernah ada,!!! biarkan aroma kasih sayang mengisi
tiap sudut hati ini. Biarkan matari terbit menerangi hati ini, menyinari
jiwa-jiwa yang terseret dalam jurang pemisah ini.
Karena kini yang
tertinggal hanyalah hati-hati yang terjebak dalam jaring-jaring amarah
dan keegoisan, dan tidakkah kita menyaadari betapa meruginya jiwa yang
selalu hidup dalam kebencian. Tak sadarkah kita ,bahwa manusia ini
tercipta dengan seribu kekurangan untuk dapat saling melengkapi. Namun
mengapa kita selalu membenci kekurangan orang lain, sedang diri ini
tidak lebih baik dari seorang yang munafik.
Masalah akan terus
mengalir bagai air, apabila lidah terus berucap. Karena diam lebih baik
daripada ikut menyemaikan butir-butir kebencian. Diam akan mengurangi
sedikit masalah yang terjadi. Dan senyumlah meski hati tersakiti, karena
hati tanpa kebencian akan membentuk jiwa yang tegar dan damai.
Sekian..............