LANGIT RINDU
Oleh Udi Wijaya
Selamat malam bintang... bulan dan semesta yang kelam.
Sahabat yang tak pernah usang. Lihatlah... aku tertatih...terisak...
menopang rindu di antara sepi dan dingin, bersenyawa dalam kabut dan
gerimis, meraba kepingan hati dalam semak duri.
Cahaya, terangilah langkahku.. Atau paling tidak pinjami sedikit biasmu
karena gelap semakin pekat. Aku tertunduk malu dalam belantara gelisah
dan kisah ini semakin sulit tuk ditulis. Bahkan.. tinta dalam pena
hanyalah kabut hitam yang menguap.
Kau.. yang menanam benih
tanpa kau panen, meninggalkan gunjing dan sahutan anjing. entah masih
adakah bulan di balik awan yang temarkan gersang. Sulit mengeja c**ta
bahkan tuk menulisnya saat kau akhiri dengan titik. Masih adakah
lembaran baru tuk kutulis dengan prosa lama? Atau pinjami aku sekedar
sobekan terusang untuk kutulis namamu... dan kugantung di langit rindu.
Tahukah kau, terkadang Allah sembunyikan matahari dengan
hujan dan petir. Tapi, Dia berikan kita pelangi sesudahnya. dan baju
zirah yang kukenakan lebih lemah dibandingkan gaun malammu yang terselip
di tepian mimpi, melambai dan terjuntai... seakan memikat dayaku tuk
terlelap lebih lama.
Kini rintikan hujan sendu
membasahi malam, menggenangi keluh kesah, mengalir deras di urat nadi...
menggugah logika.
Aku hilang... tak tahu apa itu Alif dan Hamzah.. yang aku tahu hanya kau dan aku. Allah... aq mohon ampun pada-Mu.